SISTEM PERNAPASAN
PADA MANUSIA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Mempelajari
mata kuliah faal pada jurusan psikologi sangatlah penting karena ilmu faal
adalah ilmu yang mempelajari tentang fungsi organ dan tubuh pada makhluk hidup
yang saling terkait dengan ilmu psikologi lebih khusus subjeknya adalah
manusia. Didalam ilmu psikologi banyak sekali teori-teori yang menyebutkan
bahwa emosi, kecerdasan dan tingkah laku manusia selain dipengaruhi oleh
lingkungan juga dipengaruhi oleh fungsi organ pada tubuh manusia.
Oleh
karena itu muncullah ilmu psikologi faal yaitu suatu ilmu yang mempelajari
tentang perilaku manusia berdasarkan fungsi organ dalam tubuh manusia. Untuk itu
dalam mempelajari mata kuliah faal I pada jurusan Psikologi khususnya semester
dua harus faham tentang fungsi organ
pada tubuh manusia, mulai dari pernafasan (Respirasi), Jantung (kardiovaskuler),
Sistem sirkulasi, Sistem Pencernaan (Digesti) hingga pembuangan (Ekskresi). Dan
semua sistem atau fungsi tersebut harus dalam keadaan seimbang atau
homeostatis. Salah satu yang terpenting dalam beberapa sistem tersebut adalah
sistem pernafasan dimana manusia setiap detiknya harus menghirup oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida dalam hidupnya.. maka dari itu perlu mempelari
meliputi apa saja organ-organ yang ada
dalam sistem pernapasan dan apa fungsi dari masing-masing organ tersebut.
1.2.
Rumusan Masalah
Dalam mempelajari
sistem pernapasan ada beberapa hal yang perlu dipahami dan dimengerti. Beberapa
hal tersebut yakni
1. Jelaskan
pengertian sistem pernafasan.
2. Jelaskan
organ-organ yang ada dalam sistem pernapasan beserta fungsinya
3. Bagaimanakah
mekanisme sistem pernapasan
4. Jelaskan
fungsi sistem pernafasan
5. Jelaskan
kelainan serta penyakit pada sistem pernapasan
1.3.
Tujuan dan manfaat
Adapun beberapa tujuan
dan manfaat yang diperoleh dalam mempelajari sistem pernapasan.
1. Memahami
pengertian sistem pernapasan pada manusia
2. Mengetahui
organ-organ yang ada dalam sistem pernapasan manusia beserta fungsi-fungsinya
3. Memahami
dan mengerti mekanisme sistem pernafasan
4. Memahami
fungsi sistem pernapasan
5. Memahami
dan mengerti kelainan serta penyakit pada sistem pernapasan
\
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertan Sistem Pernafasan
Sistem Pernafasan atau Respirasi adalah Sistem pada
manusia yang berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara luar dan mengeluarkan
karbondioksida melalui paru-paru. Pernapasan
adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun
karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas
maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan
pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara
yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan
pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler
dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru
dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara
di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan
masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara
akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat
dalam pemasukkan udara (inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka
mekanisme pernapasan dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut. Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
a.
|
Pernapasan Dada Pernapasan dada adalah
pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat
dibedakan sebagai berikut.
|
||||||
b.
|
Pernapasan Perut Pernapasa n perut
merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot
diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
Mekanisme pernapasan
perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai berikut.
|
2.2. Organ-organ pada sistem respirasi
dan fungsinya
a. Rongga
Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari
luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis
selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan
kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi
menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu,
terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran
yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak
kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.
b. Faring
(Tenggorokan)
Udara dari
rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu
saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior)
terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya
udara melalui faring akan menyebabkan pitasuara bergetar dan terdengar sebagai
suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran
pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun
demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas,
dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga tidak mengakibatkan
gangguan kesehatan.
c. Laring
Kotak
suara yang menghubungkan faring dengan trakea. Tabung pendek berbentuk seperti
kotak triangular dan ditopang oleh tiga kartilago tidak berpasangan (kartilago
tiroid, kartilago krikoid , dan epiglotis ) dan tiga kartilago berpasangan (
kartilago ariteniod , kartilago kornikulata, dan kartilago kuneiform)
d. Tenggorokan
(Trakea)
Tenggorokan
berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dansebagian di
rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh
cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini
berfungsi menyaring benda- benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
e. Cabang-cabang
Tenggorokan (Bronki)
Tenggorokan
(trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkuskiri.
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan
bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar
cincin tulang rawannyamelingkari lumen dengan sempurna. Bronkus
bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
f. Bronkiolus
Bronkiolus
adalah anak cabang dari batang tenggorok yang terdapat dalam rongga tenggorokan dan akan memanjang sampai ke paru-paru.
Jumlah cabang bronkiolus yang menuju paru-paru kanan dan kiri tidak sama.
Bronkiolus yang menuju paru-paru kanan mempunyai 3 cabang, sedangkan bronkiolus
yang menuju paru-paru sebelah kiri hanya bercabang 2. Bronkiolus adalah cabang
dari bronkus dan memiliki dinding yang lebih tipis, pada ujung bronkiolus
terdapat banyak sekali gelembung-gelembung kecil yang dinamakan alveolus. Ciri
khas bronkiolus adalah tidak adanya tulang rawan dan kelenjar pada mukosanya,
pada bagian awal dari cabang bronkiolus hanya memiliki sebaran sel globet dan
epitel. fungsi dari bronkiolus adalah sebagai media yang menghubungkan oksigen
yang dihirup agar mencapai paru-paru.
g. Paru-paru
(Pulmo)
Paru-paru
terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot
dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang
terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmosinister) yang terdiri atas 2
lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura.
Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam
(pleuravisceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan
dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).
Gambar : Paru-paru Manusia
Antara
selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang
berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah
yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap
air dan zat-zat lain. Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan
elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang
elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran
gas.
2.3.
Mekanisme Pernafasan (Ventilasi Pulmunar)
Otot
pernapasan utama adalah otot inspirasi, yang terpenting adalah diafragma;
kontraksi diafragma akan mendatarkan kubah, mengurangi tekanan rongga toraks,
sehingga menarik udara masuk ke paru-paru. Otot interkostalis eksterna membantu
dengan cara menaikkan iga dan meningkatkan dimensi rongga toraks. Pernapasan
yang tenang normalnya adalah pernapasan diafragma; otot inspirasi aksesorius
(misalnya skalenus, sternomastoideus) membantu inspirasi jika terdapat tahanan
jalan napas atau ventilasi yang tinggi. Ekspirasi dicapai dengan rekoil pasif
paru dan dinding dada, namun, pada laju ventilasi yang tinggi, ekspirasi
dibantu oleh kontraksi otot abdomen yang mempercepat rekoil diafragma dengan
meningkatkan tekanan abdomen (misalnya olahraga). Volume dan tekanan paru.
Volume tidal adalah volume udara yang keluar dan masuk paru saat pernapasan
normal; volume tidal istirahat normal adalah -500 mL, namun, seperti volume
paru lainnya, volume ini bergantung pada usia, jenis kelamin, dan tinggi badan.
Kapasitas vital adalah volume tidal maksimum, yaitu ketika seseorang menarik
napas sedalam-dalamnya dan menghembuskan napas sehabis-habisnya. Perbedaan
volume antara ekspirasi istirahat dan ekspirasi maksimum disebut volume
cadangan ekspirasi; hal yang sama pada inspirasi disebut volume cadangan
inspirasi. Volume paru setelah inspirasi maksimum adalah kapasitas paru total,
sedangkan volume paru setelah ekspirasi maksimum adalah volume residu.
Kapasitas residu fungsional (functional residual capacity, FRC) adalah volume paru pada akhir pemapasan normal, ketika otot-otot respirasi berelaksasi. Besar FRC ditentukan oleh keseimbangan antara rekoil elastis ke arah luar oleh dinding dada dan rekoil elastis ke arah dalam oleh paru. Keduanya dikoupling oleh cairan di dalam rongga pleura dada yang kecil, sehingga terjadi tekanan negatif (tekanan intrapleura: -0,2 sampai -0,5 kPa). Oleh karena itu,- perforasi dada menyebabkan udara tersedot ke dalam rongga pleura, dan dinding dada akan mengembang, sementara paru kolaps (pneumotoraks). Penyakit yang mempengaruhi rekoil elastis paru akan mengubah FRC; fibrosis akan meningkatkan rekoil sehingga mengurangi FRC, sedangkan emfisema, di mana terjadi kerusakan struktur paru, rekoil berkurang dan FRC meningkat. Selama inspirasi, perluasan rongga toraks membuat tekanan intrapleura menjadi lebih negatif, menyebabkan paru dan alveoli mengembang, dan mengurangi tekanan alveolar. Hal ini memunculkan gradien tekanan antara alveoli dengan mulut, dan menarik udara ke paru. Selama ekspirasi, tekanan intrapleura dan tekanan alveolar meningkat, walaupun, kecuali saat ekspirasi paksa (misalnya batuk), tekanan intrapleura tetap negatif pada keseluruhan siklus karena ekspirasi normalnya adalah pasif.
Ruang rugi (dead space) adalah volume jalan napas yang tidak berperan dalam pertukaran gas. Ruang rugi anatomis mencakup saluran napas dan turun hingga ke bronkiolus terminalis; normalnya -150 mL. Ruang rugi alveolar adalah alveoli yang tidak mampu mengadakan pertukaran gas; dalam kesehatan, hal ini tidaklah penting. Ruang rugi fisiologis adalah jumlah ruang rugi anatomis dan alveolar.
Kapasitas residu fungsional (functional residual capacity, FRC) adalah volume paru pada akhir pemapasan normal, ketika otot-otot respirasi berelaksasi. Besar FRC ditentukan oleh keseimbangan antara rekoil elastis ke arah luar oleh dinding dada dan rekoil elastis ke arah dalam oleh paru. Keduanya dikoupling oleh cairan di dalam rongga pleura dada yang kecil, sehingga terjadi tekanan negatif (tekanan intrapleura: -0,2 sampai -0,5 kPa). Oleh karena itu,- perforasi dada menyebabkan udara tersedot ke dalam rongga pleura, dan dinding dada akan mengembang, sementara paru kolaps (pneumotoraks). Penyakit yang mempengaruhi rekoil elastis paru akan mengubah FRC; fibrosis akan meningkatkan rekoil sehingga mengurangi FRC, sedangkan emfisema, di mana terjadi kerusakan struktur paru, rekoil berkurang dan FRC meningkat. Selama inspirasi, perluasan rongga toraks membuat tekanan intrapleura menjadi lebih negatif, menyebabkan paru dan alveoli mengembang, dan mengurangi tekanan alveolar. Hal ini memunculkan gradien tekanan antara alveoli dengan mulut, dan menarik udara ke paru. Selama ekspirasi, tekanan intrapleura dan tekanan alveolar meningkat, walaupun, kecuali saat ekspirasi paksa (misalnya batuk), tekanan intrapleura tetap negatif pada keseluruhan siklus karena ekspirasi normalnya adalah pasif.
Ruang rugi (dead space) adalah volume jalan napas yang tidak berperan dalam pertukaran gas. Ruang rugi anatomis mencakup saluran napas dan turun hingga ke bronkiolus terminalis; normalnya -150 mL. Ruang rugi alveolar adalah alveoli yang tidak mampu mengadakan pertukaran gas; dalam kesehatan, hal ini tidaklah penting. Ruang rugi fisiologis adalah jumlah ruang rugi anatomis dan alveolar.
Prinsip dasar
1. Toraks
adalah rongga tertutup kedap udara disekeliling paru-paru yang terbuka ke
atmosfer hanya melalui jalur sistem pernafasan.
2. Pernafasan
adalah proses inspirasi (inhalasi) udara ke dalam paru-paru dan ekspirasi
(ekshalasi) udara dari paru-paru ke lingkungan luar tubuh.
3. Sebelum
inspirasi dimulai, tekanan udara atmosfer (sekitar 760 mmHg) sama dengan tekanan
udara dalam alveoli yang disebut sebagai tekanan intra-alveolar
(intrapulmonar).
4. Tekanan
intrapleura dalam rongga pleura (ruang antar pleura) adalah tekanan
sub-atmosfer, atau kurang dari tekanan intra-alveolar.
5. Peningkatan
atau penurunan volume rongga toraks mengubah tekanan intrapleura dan
intra-alveolar yang secara mekanik menyebabkan pengembangan atau pengempisan
paru-paru.
6. Otot-otot
inspirasi memperbesar rongga toraks dan meningkatkan volumenya. Otot-otot
ekspirasi menurunkan volume rongga toraks.
a. Inspirasi
membutuhkan kontraksi otot dan energi
(1)
Diafragma, yaitu otot berbentuk kubah yang jika sedang relaks akan memipih saat
berkontraksi dan memperbesar rongga toraks ke arah inferior.
(2) Otot
interkostal eksternal mengangkat iga ke atas dan ke depan saat berkontraksi
sehingga memperbesar rongga toraks ke arah anterior dan superior.
(3) Dalam
pernafasan aktif atau pernafasan dalam, otot-otot sternokleidomastoid,
pektoralis mayor, serratus anterior, dan otot skalena juga akan memperbesar
rongga toraks.
b. Ekspirasi
pada pernafasan yang tenang dipengaruhi oleh relaksasi otot dan disebut proses
pasif. Pada ekspirasi dalam, otot interkostal internal menarik kerangka iga ke
bawah dan otot abdomen berkontraksi sehingga mendorong isi abdomen menekan
diafragma.
1. Transport
gas
a. Transport O2
Sekitar 97% oksigen dalain darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan
hemoglobin (Hb), 3% oksigen sisanya larut dalam plasma.
1. Setiap
molekul dalam keempat molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul
oksigen untuk membentuk oksihemoglobin (Hb02) berwarna merah tua. Ikatan ini
tidak kuat dan reversibel. Hemoglobin tereduksi (111Th) berwarna merah
kebiruan.
2. Kapasitas
oksigen adalah volume maksirnum oksigen yang dapat berikatan dengan sejumlah
hemoglobin dalam darah.
a) Setiap
sel darah merah mengandung 280 juta molekul hemoglobin. Setiap gram hemoglobin
dapat mengikat 1,34 ml oksigen.
b) 100
ml darah rata-rata mengandung 15 gram hemoglobin untuk maksimum 20 ml O2 per
100 ml darah (15 X 1,34). KonsentraSi hemoglobin ini biasanya dinyatakan
sebagai persentase volume dan merupakan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
3. Kejenuhan
oksigen darah adalah rasio antara volume oksigen aktual yang terikat pada
hemoglobin dan kapasitas oksigen. Kejenuhan oksigen dibatasi oleh jumlah hemoglobin
atau PO2.
4. Kurva
disosiasi oksigen-hemoglobin. Grafik memperlihatkan persentase kejenuhan
hemoglobin pada garis vertikal dan tekanan parsial oksigen pada garis
horisontal.
a)
Kurva berbentuk S (sigmoid) karena kapasitas pengisian
oksigen pada hemoglobin (afinitas pengikatan oksigen) bertambah jika kejenuhan
bertambah. Deinikian pula, jika pelepasan oksigennya (pelepasan oksigen
terikat) meningkat, kejenuhan oksigen darah pun meningkat. Hemoglobin dlkatakan
97% jenuh pada PO2 100 mmHg, seperti yang terjadi pada udara alveolar.
b)
Lereng kurva disosiasi ini menjadi tajam di antara
tekanan 10 sampai 50 mmHg dan mendatar di antara 70 sampai 100 mmHg. Dengan
deinikian, pada tingkat PO2 yang tinggi, muatan yang besar hanya sedikit
memengaruhi kejenuhan hemoglobin.
c)
Jika PO2 turun sampai di bawah 50 mmHg, seperti yang
terjadi dalam jaringan tubuh, perubahan PO2 ini walaupun sangat sedikit dapat
mengakibatkan perubahan yang besar pada kejenuhan hemoglobin dan volume oksigen
yang dilepas.
d)
Darah arteri secara normal membawa 97% oksigen dan
kapasitasnya untuk melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, pernapasan dalam
atau menghirup oksigen murni tidak dapat memberi ‘peningkatan yang berarti pada
kejenuhan hemoglobin dengan oksigen. Menghirup oksigen murni dapat meningkatkan
penghantaran oksigen ke dalam jaringan karena volume oksigen terlarut dalam
plasma darah meningkat.
e)
Dalam darah vena, PO2 mencapai 40 mmHg dan hemoglobin
masih 75% jenuh, ini menunjukkan bahwa darah hanya melepas sekitar seperempat
muatan oksigennya saat melewati jaringan. Hal ml memberikan rentang keamanan
yang tinggi jika sewaktu-waktu pernapasan terganggu atau kebutuhan oksigen
jaringan meningkat.
b. Transport
CO2
Karbon
dioksida yang berdifusi ke dalam darah dan janingan dibawa ke paru-paru melalui
cara berikut ini:
1. Sejumlah
kecil karbon dioksida (7% sampai 8%) tetap terlarut dalam plasma.
2. Karbon
dioksida yang tersisa bergerak ke dalam sel darah merah, di mana 25%-nya
bergabung dalam bentuk reversibel yang tidak kuat dengan gugus amino di bagian
globin pada hemoglobin untuk membentuk karbaminohemoglobin.
3. Sebagian
besar karbon dioksida dibawa dalam bentuk bikarbonat, terutama dalam plasma.
a)
Karbon dioksida dalam sel darah merah benikatan dengan
air untuk membentuk asam karbonat dalam reaksi bolak-balik yang dikatalis oleh
anhidrase karbonik.
b)
Reaksi di atas berlaku dua arab, bergantung konsentrasi
senyawa. Jika konsentrasi CO2 tinggi, seperti dalam Jaringan, reaksi
beglangsung ke kanan sehingga lebih banyak terbentuk ion hidrogen dan
bikarbonat. Dalam paru yang konsentrasi C02-nya lebih rendah, reaksi
berlangsung ke kiri dan melepaskan karbon dioksida.
2. Proses difusi gas
Secara umum
difusi diartikan sebagai peristiwa perpindahan molekul dari suatu daerah yang
konsentrasi molekulnya tinggi ke daerah yang konsentrasinya lebih rendah.
Peristiwa difusi merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi ekstra.
Peristiwa difusi yang terjadi di dalam paru adalah perpindahan molekul oksigen
dari rongga alveoli melintasi membrana kapiler alveolar, kemudian melintasi
plasma darah, selanjutnya menembus dinding sel darah merah, dan akhirnya masuk
ke interior sel darah merah sampai berikatan dengan hemoglobin. Membran kapiler
alveolus sangat tipis, yaitu 0,1 um atau sepertujuh puluh dari tebal butir
darah merah sehingga molekul oksigen tidak mengalami kesulitan untuk
menembusnya. Peristiwa difusi yang lain di dalam paru adalah perpindahan
molekul karbondioksida dari darah ke udara alveolus. Oksigen dan karbondioksida
menembus dinding alveolus dan kapiler pembuluh darah dengan cara difusi.
Berarti molekul kedua gas tadi bergerak tanpa menggunakan tenaga aktif. Urut-urutan
proses difusi terbagi atas:
a)
Difusi pada fase gas Udara atmosfer masuk ke dalam paru
dengan aliran yang cepat, ketika dekat alveoli kecepatannya berkurang sampai
terhenti. Udara atau gas yang baru masuk dengan cepat berdifusi atau bercampur
dengan gas yang telah ada di dalam alveoli. Kecepatan gas berdifusi di sini
berbanding terbalik dengan berat molekulnya. Gas oksigen mempunyai berat
molekul 32 sedangkan berat molekul karbondioksida 44. Gerak molekul gas oksigen
lebih cepat dibandingkan dengan gerak molekul gas karbondioksida sehingga
kecepatan difusi oksigen juga lebih cepat. Percampuran antara gas yang baru
saja masuk ke dalam paru dengan gas yang lebih dahulu masuk akan komplit dalam
hitungan perpuluhan detik. Hal semacam ini terjadi pada alveoli yang normal,
sedangkan pada alveoli yang tidak normal, seperti pada emfisema, percampuran
gas yang baru masuk dengan gas yang telah berada di alveoli lebih lambat.
b)
Difusi menembus membran pembatas
Proses difusi
yang melewati membrana pembatas alveoli dengan kapiler pembuluh darah meliputi
proses difusi fase gas dan proses difusi fase cairan. Dalam hal ini,
pembatas-pembatasnya adalah dinding alveoli, dinding kapiler pembuluh darah
(endotel), lapisan plasma pada kapiler, dan dinding butir darah merah
(eritrosit). Kecepatan difusi melewati fase cairan tergantung kepada kelarutan
gas ke dalam cairan. Kelarutan karbondioksida lebih besar dibandingkan dengan
kelarutan oksigen sehingga kecepatan difusi karbondioksida di dalam fase cairan
20 kali lipat kecepatan difusi oksigen. Semakin tebal membrana pembatas
halangan bagi proses difusi semakin besar.
2.4. Fungsi Sistem Respirasi
menurut Ethel Sloane (2004 : 266)
Fungsi utama sistem pernafasan adalah untuk mengambil oksigen (O2) dari
atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida (CO2)
yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Sedangkan fungsi tambahan
sistem pernafasan adalah sebagai produksi wicara dan berperan dalam
keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan pengaturan
hormonal tekanan darah.
2.5. Kelainan Dan Penyakit Pada Sistem Pernapasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar